Jabir Ibnu Haiyan Sang Bapak Kimia
Siapakah tokoh yang disebut "bapak kimia modern" ini? Nama lengkapnya adalah Abu Musa Jabir Ibnu Haiyan Al Azdi Al Thusi As Sufi. Selain nama itu, ia dipanggil juga Al Harrani karena berasal dari daerah Harran di sebelah utara Mesopotamia. Ada sumber yang mengatakan bahwa Jabir berasal dari suku Azd di Arabia Selatan, yang pada masa kebangkian Islam menetap di Kufah. Di Barat, Ibnu Haiyan dikenal dengan nama Geber, sebagai seorang ahli kimia muslim yang masyhur. Waktu kelahirannya secara pasti masih diperbincangkan, tapi yang jelas Jabir menghembuskan nafasnya terakhirnya sekitar tahun 803 M. Tapi ada juga sumber yang menyatakan ia hidup sekitar tahun 103-160 H atau 721-776 M.
Kapankah ia mengarungi kehidupan dan menghasilkan karya-karyanya? Jabir hidup di zaman pertengahan ketika masa kekhalifahan Daulah Abbasiyah. Ketika itu Daulah Abbasiyah dipimpin oleh seorang khalifah yang bijak dan pencinta ilmu, yaitu Harun Al Rasyid (170-194 H / 786-809 M). Di zamannya terdapat perpustakaan dan pusat pengembangan ilmu yang disebut Baitul Hikmah atau Khizanah Al Hikmah (Khazanah Kebijaksanaan). Di tempat inilah para ilmuwan melakukan berbagai kegiatan ilmiahnya. Di bawah kekuasaan Harun Al Rasyid perkembangan ilmu di kalangan kaum muslimin mengalami perkembangan luar biasa, sehingga banyak bermunculan para cendekiawan yang masyhur.
Jabir termasuk orang yang hidup di masa itu. Ia mengarungi kehidupan awalnya di bawah perlindungan Wazir Barmaki, sebuah keluarga keturunan Persia dari Balkh. Kehidupan ilmiahnya di dunia kimia ia mulai sekitar tahun 776 M di Kufah, sekarang merupakan daerah di Irak. Semangat belajarnya sangat tinggi. Pendidikannya ditempuh di bawah asuhan Imam Ja'far Shadiq dan seorang pangeran Bani Umayyah yang bernama Khalid Ibnu Yazid. Dan, Ibnu Haiyan akhirnya dikenal sebagai pemula dan pemuka kimia dalam Islam.
Apa Karyanya?
Jabir banyak melakukan penelitian kimia hingga mengantarkannya menjadi ahli kimia yang ketenarannya tidak hanya di dunia Islam, tapi juga di dunia Barat di masa kemudian. Hasil-hasil penelitiannya menjadi rujukan dan tonggak pengembangan ilmu kimia modern sekarang. Bahkan istilah "kimia" berasal dari bahasa Arab "al kimiya" (al chemy), artinya "ilmu tentang kimiya / al chem". Al kimiya inilah ilmu yang ia kuasai dan kembangkan. Kata "al chem" mulanya berasal dari Mesir yang menunjukkan negeri "bertanah hitam", yang serasi dengan makna simbolik (lambang) "wujud dalam", atau oleh kimiawan disebut material prima (materi asal).
Si Geber ini banyak mengembangkan metode kimia dasar dan pengamatan reaksi yang terjadi. Penelitiannya difokuskan pada percobaan (eksperimen) dan pengembangan metode untuk menghasilkan karya yang bisa diproduksi ulang (reprodusibiliti), sehingga mempunyai manfaat yang besar. Jabir menekankan bahwa kuantitas tertentu dari berbagai zat terlibat dalam reaksi kimia. Makanya, ia menjadi perintis hukum mengenai perbandingan yang konstans. Karenanya, dunia kimia sekarang berhutang budi dan ilmu pada Jabir.
Dari berbagai hasil penelitian dan eksperimentasinya banyak dasar-dasar ilmu kimia yang dihasilkan. Beberapa dasar ilmu kimia yang dihasilkannya antara lain sebagai berikut:
Kristalisasi (crystallization)
Penyulingan (destillation)
Pembakaran atau oksidasi (calcination)
Penyubliman (sublimation)
Penguapan (evaporation)
Berbagai instrumen (alat) untuk membuat percobaan tersebut
Hal-hal tersebut di atas membawa manfaat yang besar dalam kehidupan nyata kita sehari-hari. Ia mencapai keberhasilan besar dengan penemuanya, yaitu mineral dan asam, yang pertama kali disiapkan dalam alembic (anbique, nama suatu zat kimia) miliknya. Penemuan alembic membuat proses penyulingan (destilasi) menjadi mudah dan sistematis. Terobosannya yang luar biasa adalah racikan bebagai bahan berikut ini, seperti:
Asam nitrat (nitric)
Asam hidroklorit (hydrochloric)
Asam sitrat (citric)
Asam belerang (minyak vitriol)
Caustic soda
Asam tartrat (tartaric acid)
Kajian dan temuan-temuannya di atas menjadi bukti kepakaran dan ketinggian ilmunya, sehingga layaklah ia disebut sebagai "bapak kimia modern" dengan jasa-jasa besarnya bagi dunia kimia. Dengan demikian, ia menjadi pelopor kimia terapan. Yang ia hasilkan dengan proses kimia terapannya antara lain pembuatan besi baja, pembuatan berbagai logam, pencegahan pengkaratan, penulisan emas, penggunaan dioksida mangan (manganese dioxide) dalam pembuatan kaca atau gelas, pewarnaan pakaian, penyamakan kulit, pernis pakaian, identifikasi cat dan lemak, serta mengembangkan aqua regia untuk melarutkan emas.
Jabir juga menggariskan teori sulfur-air raksa tentang susunan mineral. Teori ini adalah asal dari teori asam-basa yang kita kenal sekarang. Asas sulfur-air raksa, yang pada setiap alam wujud berpadanan dengan masa aktif (maskulin) dan masa pasif (feminism), menjadi asam-basa. Dan, jika bersatu akan membentuk garam. Dengan teori inilah, sains kosmologi abad pertengahan menjelaskan keberadaan dan fenomena alam.
Tak hanya itu karya-karya yang Jabir hasilkan. Kerja kerasnya menggeluti dunia kimia membawa hasil pada temuan-temuan lain yang sangat bermanfaat. Percoban dan ide-idenya menjadi rintisan bagi sistem klasifikasi logam, nonlogam, dan unsur gas (yang dapat menguap). Jabir mengkaji tiga zat berbeda berdasar sifat atau unsur pendukungnya, yaitu:
1. Spritus, yaitu larutan yang menguap jika dipanaskan. Contohnya adalah kapur barus atau kemper, arsenik (arsenic), sulfur, air raksa, dan amonium klorida (ammonium chloride).
2. Logam yang padat. Contohnya adalah perak, emas, tembaga, timbal, dan besi.
3. Zat-zat penyusun yang dapat dirubah ke dalam bentuk serbuk atau tepung.
Selain sibuk dengan berbagai penelitian dan percobaannya, Jabir tak lupa mendokumentasikan karya-karyanya dalam bentuk tulisan. Ia menyadari pentingnya buku bagi pewarisan ilmu dari generasi ke generasi. Jabir menghasilkan sekitar 500 karangan, antara lain Al Asrar Al Kimiya, Ushul Al Kimiya, dan 'Ilmu Al Hai'ah. Ia pun menulis kitab yang dikenal dengan Al Kimiya dan As Sabi'in. Kemasyhurannya di dunia kimia menjadikan kedua kitab karangannya diterjemahkan ke dalam bahasa Latin untuk kepentingan ilmiah ketika itu. Hal ini menunjukkan betapa ilmuwan saat itu sangat berpengaruh dan punya andil besar bagi kemajuan dan peradaban.
Seorang Inggris bernama Robert yang berasal dari Cester menerbitkan kitab Al Kimya tahun 1144 M dengan judul The Book of Composition of Alchemy. Sedangkan Gerard, seorang dari Cremona (Gerardus Cremonensis) juga menerjemahkan buku Jabir. Buku lain karya Jabir pun diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa Eropa, sehingga kosa kata bahasa Arab dipakai dan terkenal di Barat, misalnya saja istilah "alkali" dari kata "al qili" (potash), alkohol dari kata "al kuhl" (tepung antinomi), "athanor" dari kata "at tannur" (penghangat), dan lain-lain. Demikianlah ia, Jabir, yang di Barat lebih masyhur sebagai Geber ahli kimia, menorehkan tinta emas bagi peradaban dunia. Maka tak salah apabila Max Mayerhaff menyatakan dalam tulisannya bahwa jika ingin mencari alur perkembangan kimia modern di Eropa, maka dapat ditemukan langsung pada karya-karya Jabir Ibnu Haiyan. []
0 komentar:
Posting Komentar